Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan masyarakat tak perlu khawatir terhadap bahaya saat nanti gedung yang terletak di Tangerang Selatan ini beroperasi. Semua produk akan diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Selama ini kan kalau pengawetan bahan makanan kalau di masyarakat kan pakai formalin. Ini sebetulnya yang harus dihindari karena itu bahan pengawet mayat," kata Nasir ketika ditemui pada acara peletakan batu pertama gedung iradiator di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (29/3/2016).
Baca juga: Makan Buah dan Sayur Kalengan Lebih Sehat Ketimbang Tidak Sama Sekali
Ditemui pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan metode pengawetan menggunakan nuklir ini sebetulnya menyimpan kelebihan dibandingkan metode pengawetan konvensional. Dilakukan di bawah pengawasan, radiasi tak akan mencemari bahan yang ada membuat risiko baru bagi kesehatan.
"Radiasi untuk misalnya pangan itu sudah diatur oleh Kementerian Kesehatan tahun 2009 berapa yang dibolehkan untuk komoditas A atau B. Bahkan BPOM selalu memberi label untuk bahan-bahan yang diradiasi," kata Djarot.
"Yang kita lakukan itu hanya membunuh mikroorganisme si pembuat busuk saja. Setelah mikroorganismenya mati ya enggak ada radiasi lagi di dalam bahan, entah itu tahu, rendang, atau pepes. Jangan lupa buah-buahan impor pun sebagian sudah menggunakan teknologi ini, jadi apa yang kita makan mungkin sudah kena radiasi," lanjutnya.
Diperkirakan pembangunan gedung iradiator akan selesai pada akhir tahun 2017 dan siap beroperasi pada 2018. Dengan kapasitas dua mega currie (2 MCi), gedung dapat melayani proses radiasi sampai 123 meter kubik per hari bagi produsen yang berminat.
Baca juga: Yuk, Dapatkan Manfaat Sehat dari Konsumsi Kacang Almond(fds/up)
Posted by:
Published :2016-03-29T19:20:00+07:00
Mengonsumsi Produk Berpengawet Nuklir, Amankah untuk Kesehatan?