Kamis pagi (14/4/2016), Kementerian Kesehatan menggelar simulasi penanganan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, dr Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc hadir dalam acara tersebut.
Dalam simulasi tersebut, diperagakan pemasangan tenda isolasi. Dalam kondisi darurat, tenda berkapasitas maksimal 4 pasien yang dilengkapi berbagai perlengkapan medis ini harus sudah berdiri hanya dalam waktu 10 menit.
Para petugas yang menangani pasien melengkapi diri dengan alat pelindung, mulai dari goggle atau penutup mata hingga sepatu boots. Berkoordinasi dengan kapten kapal, tim ini menjemput awak maupun penumpang kapal yang dicurigai terjangkit penyakit menular.
 |
Setelah dievakuasi, pasien akan ditangani dulu di tenda isolasi. Setelah itu, pasien baru dirujuk ke rumah sakit yang ditentukan. Salah satu rumah sakit rujukan yang biasa menangani penyakit menular adalah RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso, di Sunter, Jakarta Utara.
Baca juga: Kemenkes RI Sebut MERS dan Zika Masih Menjadi Ancaman
 |
Sedangkan untuk mengantisipasi kemungkinan penularan yang terjadi selama dalam pelayaran, penumpang maupun awak kapal menjalani desinfeksi oleh petugas. Selama proses tersebut, para awak maupun penumpang diisolasi, tidak boleh menemui orang lain di luar kapal.
"Dunia saat ini harus memiliki kapasitas yang disebut surveilans dan respons yang adekuat. Itu yang disimulasikan saat ini," kata dr Jane usai menyaksikan simulasi tersebut.
Menurut dr Jane, kesiapan Indonesia dalam menangani kemungkinan wabah penyakit menular akan dinilai pada awal 2017. Sedangkan pada tahun ini, Indonesia akan bergabung sebagai tim penilai untuk beberapa negara seperti Mozambique, Bangladesh, dan Amerika Serikat.
Baca juga: Negara-negara Ini Masuk dalam Travel Advisory Menkes Terkait Zika
 |
(up/vit)
Posted by:
Published :2016-04-15T11:36:00+07:00
Mengintip Simulasi Penanganan Penyakit Menular di Pelabuhan Tanjung Priok