"Ada pasien yang mengonsumsi ubi ungu, berkurang keluhannya. Ubi ungu itu kaya akan resveratrol, antioksidan yang sangat kuat. Nah itu berarti dengan mengonsumsi antioksidan kita bisa mengurangi proses inflamasi dan keluhan yang muncul," tutur dr Pauline Endang Prapti SpGK dari RSUP Fatmawati.
Ditemui usai seminar awam 'Waspada Endometriosis' di RSUP Fatmawati, Jakarta, Kamis (14/4/2016), dr Pauline mengungkapkan keluhan pada pasien endometriosis yang muncul sebagai reaksi inflamasi, jika dari makanan dipicu oleh asupan berlemak tinggi. Sebab pada dasarnya, lemak tinggi akan merangsang inflamasi.
"Radikal bebasnya pun tinggi. Kalau kita mengonsumsi lemak jenuh, hasilnya di dalam tubuh kita terbentuk radikal bebas yang bisa memicu proses inflamasi. Nah, radikal bebas itu bisa ditekan, dinetralkan kalau kita mengonsumsi antioksidan," tambah dr Pauline.
Dikatakan dr Pauline, makanan dengan kandungan antioksidan tinggi di antaranya makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin E, kemudian makanan yang mengandung lycophene seperti tomat, dan makanan yang mengandung resveratrol seperti ubi ungu.
Dalam penanganan endometriosis, dr Pauline juga menyinggung perlunya kerja sama antara dokter kandungan dengan dokter gizi. Sebab, dr Pauline berpendapat jika endometriosis hanya diobati saja tapi pasien tidak mengerti bagaimana cara menjaga pola makannya, maka kemungkinan endometriosis kambuh akan lebih besar.
Baca juga: Satu Lagi Alasan untuk Menjauhi Makanan Berlemak
"Ibaratnya pasien diobati dokter kandungan, tapi setelahnya makannya ngaco, ya bakal sering kambuh. Untuk itu perlu ada kerja sama antara dokter gizi dan dokter kebidanan karena nutrisi sebenarnya bisa mendampingi terapi supaya si pasien proses penyembuhannya lebih sempurna dan dia bisa menjaga pola makannya setelah itu," papar dr Pauline.
Menurut dr Pauline, pasien harus mengerti apa makanan yang tidak memimbulkan inflamasi sehingga risiko endometriosis kambuh bisa dihindari. Khusus pada pasien endometriosis yang gemuk, dr Pauline menekankan pentingnya upaya penurunan berat badan karena estrogen banyak disimpan di jaringan lemak. Jika berat badan turun, diharapkan penyimpanan lemak pun turun, sehingga proses inflamasi akibat endoimetriosis berkurang.
"Gaya hidup atau pola makan bisa jadi faktor risiko endomteriosis. Di mana kita mengonsumsi makanan yang tidak sehat, mengandung radikal bebas tinggi, lemak jenuh, karbo tinggi, gula, itu kan menyebabkan peningkatan bobot cepat padahal kenaikan bobot berkaitan dengan kadar estrogen. Saat tubuh gemuk, cadangan estrogen lebih banyak dan risiko endometriosis lebih tinggi," pungkasnya.
Baca juga: Ini Sebabnya Endometriosis Bisa Picu Nyeri Haid dan Nyeri Saat Bercinta(rdn/vit)
Posted by:
Published :2016-04-15T11:21:00+07:00
Konsumsi Asupan Ini Bisa Mengurangi Keluhan Akibat Endometriosis